lihat blog dan facebook dulu

Sambil facebook dan blog, aku biasanya main game juga plus cari berbagai informasi penting buat tambah ilmu pengetahuan

toko buku

Beginilah Aku kalo dah sampe toko buku....cari buku, ambil posisi dan nongkrong deh sambil baca buku.-buku baru, biasanya Aku baca buku-buku komik bergambar, pelajaran plus baca majalah anak-anak

maju terus pantang mundur

Meskipun HUJAN, BANJIR dan DINGIN..., Aku masih tetap masuk sekolah demi meraih cita-citaku...tapi sambil main air ya

jam istirahat sekolah

CUEK AJA AKU TETAP BELAJAR di jam istirahat.... sementara temen-temen aku yang lain bermain

cita dan harapanku

Cita dan harapanku dalam hidup ini adalah berbakti pada Agama, Orang tua dan...menggapai cita-cita yang tinggi

kegiatan hari minggu

Terkadang kalo hari libur minggu Aku turut membantu orang tua membersihkan rumah...salah satunya membersihkan kaca jendela

ini dia mainan favoritku

Salah satu mainan favorit alias hobiku.....kalo dah ketemu yang namanya Kabel, Baterei, Lampu apalagi ada Dinamo bekas mainan, wah pokoknya paling mengasyikkan sekali deh, bisa lupa makan dan mandi...he..he..

Terimakasih Ummi

Sebelum Aku dikandung, Ummi menginginkan Aku ada. Sebelum Aku dilahirkan, Ummi telah mengasihiku. Sebelum Aku keluar dari kandungan, Ummi pun rela mati untukku... Subhanallah, inilah keajaiban kasih sayang Ummi untukku....

Terimakasih Abi

Abi kau adalah penguat hatiku, menjadikanku anak lelaki yang tegar, sabar, rendah hati, pantang menyerah, keringatmu menjadi inspirasiku, kau begitu hebat dan tak ada yang bisa sepertimu

Rabu, 15 Agustus 2012

Memahami Aktifitasnya 

Pervasive Developmental Disorder (PDD)

 
Pervasive Developmental Disorder (PDD) merupakan kelompok gangguan perkembangan yang biasanya terlihat nyata ketika anak berumur 3 tahun, namun tanda-tanda gangguan ini biasanya sudah terlihat sebelum anak berusia 3 tahun. Sehingga deteksi dini sebelum anak berusia 3 tahun sangatlah diperlukan agar penanganan yang tepat dapat segera diberikan.
Secara umum, anak-anak dengan PDD biasanya mengalami tiga gangguan yaitu gangguan komunikasi (misal: kesulitan berbicara), gangguan interaksi (misal: tidak mau bermain dengan anak seusianya atau orang lain), dan gangguan perilaku (misal: perilaku repetitive – stereotipik/perilaku “aneh” yang dilakukan berulang-ulang). Berdasarkan definisi DSM IV(American Psychiatric Association, 1994), PDD merupakan gangguan dalam interaksi social, gangguan dalam berkomunikasi, dan adanya keterpakuan tingkah laku, minat dan aktivitas.
Berdasarkan klasifikasi DSM IV tersebut terdapat 5 bentuk PDD yaitu:
  1. Autism
  2. Asperger Syndrome
  3. SDD (Childhood Disintegrative Disorder)
  4. Rett Disorder
  5. PDD NOS (Pervasive Developmental Disorder – Not Otherwise Specified)
(www.toddlerstoday.com)
Selain kelima bendtuk PDD di atas, ada gangguan yang sering dikaitkan dengan PDD namun bukan termasuk kelompok dengan PDD, yaitu Fragil-X (Handbook KOnferensi Nasional Autisme, Jakarta, 2003). Penjelasan rinci mengenai gangguan ini anakan diuraian lebih lanjut.

AUTIS

 
Gangguan ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak dengan perempuan dengan perbandingan 4 berbanding 1. Sebagian besar anak autis juga mengalami retardasi (keterbelakangan) mental. Angka kejadiannya berada pada rentang 3% -7% dari populasi. Berikut ini adalah gejala-gejala yang Nampak pada anak autis:
1. Gangguan dalam komunikasi verbal dan non-verbal, misalnya:
  • Ada keterlambatan bicara, atau samasekali tidak berbicara.
  • Kalaupun bersuara, kata-kata yang diucapkan tidak dapat dimengerti atau tidak sesuai kontek pembicaraan.
  • Beberapa anak autis menunjukkan “echolalia” (mengulang), dimana anak mengulang/meniru nyanyian nada, maupun kata-kata tanpa memahami maknanya.
  • Ketika berbicara, biasanya mimik mukanya datar, tanpa ekspresi dan cara berbicaranya monoton
2. Gangguan dalam interaksi social, misalnya:
  • Anak menghindar dari menatap lawan bicara
  • Tidak menoleh apabila dipanggil (sering diduga anak mengalami masalah dalam pendengaran), sehingga perlu dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah anak memang mengalami gangguan pendengaran dan bukan autis.
  • Pada beberapa anak, menunjukan perilaku menolak apabila dipeluk.
  • Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang lain.
  • Bila anak menginginkan sesuatu seringkali menarik tangan orang lain (tidak mengekpreikannya dengan cara menunjuk benda yang diinginkan)
  • anak menjauh apabila diajak bermain dan tidak mau berbagi kesenangan dengan orang lain.
3. Gangguan dalam perilaku, misalnya:
  • Anak memiliki cara bermain yang berbeda dengan anak pada umumnya (contoh: anak pada umumnya memainkan mobil-mobilan dengan cara mendorong sambil berkata “ngeeeng”, namun pada anak autis mobi-mobilan dimainkan dengan cara dibalik dan diputar-putarkan rodanya, atau hanya menderetkan beberapa mobil-mobilan dan melihatnya dengan cara memicingkan matan.
  • Anak memiliki kekakuan terhadap rutinitas (kebiasaan) yang sudah berulang-ulang dilakukan setia hari. (contoh: anak hanya mau mengikuti rute jalan yang sama ketika berpergian, anak menjadi sangat terganggu bahkan “tantrum” (marah) ketika arah rute jalan berubah.
4. Gangguan dalam perasaan/emosi, misalnya:
  • Anak kurang bahkan tidak memiliki rasa empati (misal: ketika anak lain menangis karena terluka, ia tidak merasa kasihan atau bahkan merasa terganggu dengan anak yang menangis tersebut dan mungkin saja malah memukulnya)
  • Anak autis bisa tiba-tiba tertawa, menangis, atau marah-marah tanpa sebab yang nyata.
  • Pada beberapa anak, anak autis sering menunjukkan perilaku mengamuk tak terkendali apabila ia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya bahkan ada yang menjadi agresif dan destruktif (merusak).
5. Gangguan dalam persepsi sensori, misalnya:
  • Beberapa anak autis suka mencium, menggigit atau menjilati benda apa saja atau beberapa benda yang ia sukai.
  • Pada beberapa anak ada yang menutup telinga apabila mendengar suara yang keras, bergemuruh atau bahkan tangisan.
  • Beberapa anak autis yang sangat tidak menyukai rabaan atau pelukan, jadi apabila digendong anak merasa tidak nyaman dan ingin melepaskan diri.
  • Beberapa anak autis merasa tidak nyaman apabila memakai pakian yang berkerah, berbahan tertentu atau pakaian yang ada label di kerahnya.
Klasifikasi Autis
1. Berdasarkan kemampuan interaksi sosialnya, dibagi menjadi:
  • Aloof
Anak biasanya menunjukkan cirri-ciri autis yang sangat khas, anak terlihat memojok di tempat yang nyaman dan sangat nampak asyik dengan dunianya sendiri.
  • Pasif
Anak mau bergabung bersama orang lain atau teman sebayanya, namun tidak interaktif (tidak berkomunikasi dengan temannya).
  • Aktif perilaku aneh
Anak sangat tidak bisa diam, berlari-lari kesana-kemari, atau tiba-tiba melempar benda. Pada autis dengan perilaku seperti ini sering tertukar dengan anak hiperaktif (ADHD).
2. Berdasarkan tinggat intelegensianya, dibagi menjadi:
  • Low Functioning
Pada anak autis dengan Low Functioning, biasanya disertai dengan kemampuan bicara yang sangat minim, bahkan tidak berbicara sampai usia dewasa dan hambatan dalam memahami “konsep”. Anak autis dengan Low Funcitoning mencapai 70% dari populasi anak autis.
Anak autis yang Low Function, biasanya berkomunikasi dengan cara non-verbal. Anak mungkin hanya menggunakan bahasa tubuh yang sangat minim (misal menarik tangan untuk meminta tolong diambilkan benda yang disuka), atau anak mengkomunikasikan ketidak sukannya dengan cara tantrum. Biasanya untuk mengakomodasi hambatannya ini didunakan PECS (Picture Exchange Communication System) atau sistem komunikasi melalui pertukaran gambar. Ini ditujukan untuk anak autis yang Non-Verbal bisa tetap melakukan komunikasi, sehingga ia tidak mengkomunikasikan keinginannya dengan cara yang tidak adaptif.
  • Middle Functioning
Anak autis dengan medium functioning mempunyai kemampuan yang lebih baik untuk memahami “konsep”. Sehingga waktu yang diperlukan untuk menguasai suatu pengtehuan (misal: tentang nama-nama benda, anggota tubuh, dll.) membutuhkan yang lebih cepat jika dibandingkan dengan anak autis yang low functioning.
Pada banyak anak autis dengan medium functioning menunjukkan kemampuan  berbicara, namun biasanya masih sangat terbatas dan lebih bersifat searah (misal: hanya menjawab ketika ditanya, namun tidak bisa membuat pertanyaan apabila ada hal yang tidak ia ketahui).
  • High Functioning
Anak dengan high functioning, mempunyai kemampuan dalam memahami konsep dengan cukup baik (untuk konsep yang tidak abstrak). Jika anak autis yang high functioning mendapatkan penangan yang tepat sejak dini, mendapat dorongan yang baik dalam keluarga, anak ini dapat hidup mandiri bahkan sampai berkeluarga.

Asperger Syndrome

Asperger syndrome merupakan kelompok gangguan perkembangan perpasif (memiliki gangguan komunikasi, interaksi dan perilaku) yang gangguan perililakunya ini nampak sangat jelas terutama di usia sebelum 3 tahun. Anak dengan Asperger tiba-tiba bisa berbicara di usia 3 tahun, dan kemampuan bicaranya langsung berkembang sangat cepat. Hal ini yang sangat jelas membedakannya dengan anak autis yang memiliki perkembangan bahasa yang cenderung lama.
Anak dengan Asperger syndrome memiliki kecerdasan yang normal, sehingga secara akademik anak tidak mempunyai hambatan yang berarti untuk mengikuti pelajaran di sekolah umum. Biasanya anak ini pun memiliki minat yang sangat kuat pada bidang tertentu dan meikiki kemampuan melebihi anak “normal”  seusianya. Misalnya anak sudah sangat mahir mengoperasikan komputer di usianya yang baru berusia 4 tahun.
Pada umumnya anak yang sudah besar cukup suka berteman, namun dalam hubungan interaksi dan komunikasinya biasanya cenderung “aneh” karena anak dengan asperger biasanya menggunakan bahasa yang cenderung formal. Mereka pun mengalami kesulitan untuk memahami dan menggunakan kata-kata yang bersifat “humor atau ironi” sehingga cendung terlihat tidak humoris, dan terlihat kaku. Dengan kondisi ini anak biasanya mendapatkan kendala  dalam bersosialisasi dan pada akhirnya merasa tertekan di sekolahnya. Masalah ini biasanya ditemukan saat anak mulai memasuki usia remaja (SMP/SMA).
Intervensi dan layanan yang diberikan untuk membantu mereka dapat  berupa program terapi yang dilaksanaka dengan tujuan memperbaiki kemampuan yang belum dikuasai, terutama dalam aspek-aspek yang tertinggal. Misalnya dalam aspek sosial, anak banyak dilibatkan dalam kegiatan sosial seperti belajar dalam kelompok kecil, mengikuti aktivitas olah raga dalam satu team sehingga anak belajar berkerja sama dan berbagi pengalaman dengan anak lain.

CDD (Childhood Disintegrative Disorder)

Anak yang mengalami gangguan CDC terlihat mengalami perkembangan normal sampai umur dua atau tiga tahun. Setelah usia tersebut (periode normal) anak kemudian mengalami kemunduran dalam perkembangan dan secara signifikan kehilangan minimal dua dari lima hal yang tertera di bawah ini:
  • Bahasa ekspresif dan reseptifnya
  • Kemampuan melakukan interaksi sosial atau tingkah laku adaptif
  • Kontrol terhadap buang air kecil dan buang asir besar
  • Minat untuk bermai
  • Kemampuan motorik
Selain itu, anak dengan CDC juga mengalami gangguan dalam interaksi sosial (misalnya menyendiri, tidak mau berinteraksi dengan orang lain termasuk anggota keluarga), gangguan dalam komunikasi (anak mulai behenti bicara atau kembali hanya mengungkapkan satu kata), dan melakukan aktivitas yang sama berulang-ulang, serta usah untuk berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas selanjutnya. Anak menunjukkan masalah dalam profil sensori, seperti mencium-cium atau menjilat-jilat benda yang dipegang.
CDD bisanya terjadi anara umur 3-4 tahun pada seorang, namun dapat juga terjadi pada anak usia selanjutnya, sampai usia 10 tahun. CDD merupakan kelompok PDD yang sangat jarang terjadi dan memiliki kondisi yang “berat” karena hanya 20% anak yang didiagnosa CDD dan telah menjalani terapi yang dibutuhkan mampu berbicara dalam satu kalimat lengkap. Orang dewasa yang didiagnosis SDD kebanyakan mereka hidupnya menjadi sangat tergantung kepada orang lain, selalu membutuhkan pendampingan dari orang lain untuk melakukan aktivitas-aktivitas kemandirian.

Rett Disorder
Rett Disorder merupakan kelainan genetik (pada kromosm X yang disebut MsCP 2) yang ditandai dengan satu periode perkembangan anak yang normal dan kemudian diikuti dengan hilangnya kemampuan komunikasi dan keterampilan motorik. Rett nampak seperti CDD dalam hal ini, namun Rett hanya terjadi pada anak perempuan.  Anggka kejadiannya diperkirakan            1 : 10.000-15.000 dari anggka kelahiran hidup bayi perempuan.
Rett sering tertukar diagnosis dengan anak autis, anak dengan cerebral palsy, dan anak dengan retardasi mental. Karena memunculkan perilaku stereotipik, gangguan motorik dan kemampuan kognitif yang menurun. Tidak ada uji labolatrorium yang bisa dilakukan untuk menentukan apakah seorang anak Rett atau bukan. Untuk menentukannya hanya bisa dilakukan dengan tes kromosom atau melihat karakteristik berikut:
  • Mengalami perkembangan normal kira-kira dari 6 bulan -18 bulan
  • Memiliki lingkar kepala normal pada saat kelahirannya, namun menunjukkan perlambatan pertumbuhan pada usia 3 bulan hingga 4 tahun, (apabila pada usia di atas 4 tahun di ukur lingkar kepalanya, anak menunjukkan lingkar kepalanya yang lebih kecil dan berada di bawah rata-rata anak seusianya)
  • Menghilangnya kemampuan bahasa ekspresif (yang tadinya bisa bicara jadi tidak bisa bicara) dan menurunnya kemampuan fungsi tangan.
  • Munculnya gerakan tangan yang repetitif/mengulang-ulang seperti: hand washing, hand wringing, hand clapping, and hand mouthing.
  • Menggerak-gerakan tubuh (Shakiness of the torso/body rocking)
  • Jika berjalan, cenderung tidak seimbang dan berjinjit.
Sayangnya, mereka yang didiagnosa Rett seringkali berakhir dengan meninggal di usia yang masih sangat muda.

PDD-NOS

PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorder – Not Otherwise Specified), merupakan diagnosa yang diberikan pada anak  yang tidak memenuhi criteria diagnositik dari ke empat bentuk PDD di atas (Autis, Asperger, CDD dan Rett), tetapi anak memperlihatkan gangguan yang jelas dalam aspek komunikasi, interaksi sosial, minat/perhatian yang merupakan cirri dari PDD. Setiap anak dengan PDD-NOS memiliki intensitas gangguan yang berbeda-beda. Beberapa anak dengan PDD-NOS memiliki hambatan dalam lingkungan sekolah atau rumah saja, sementara yang lain memiliki kesulitan dalam area kehidupanya.

Fragile-X

Syndrome Fragile-X merupakan penyakit genetik yang paling sering dihubungkan dengan autis. Pada beberapa anak dengan Fragile-X menunjukkan gambaran kesulitan berbahasan dan berbicara, kurang perhatian dan kesulitan dalam memahami konsep, pemalu dan cenderung terlihat menghindari kontak mata layaknya seperti anak autis. Apabila di amati dengan baik, mereka menunjukkan karakteristik khas yang berbeda dengan anak autis seperti: testis yang besar (pada anak laki-laki) dan mengalami mental retardasi, telingga lebar nampak menggantung dan dagu serta dahi yang memanjang.
Disebtu Fragile-X karena ditandai oleh adanya kerapuhan (fragile) yang nampak seperti patahan di ujung lengan panjang kromosom X4. Karena syndrome ini terpaut kromosom X, sehingga bisa diturunkan baik oleh laki-laki maupun permpuan.

sumber : http://indigrow.wordpress.com/tag/pdd-nos/

Jumat, 10 Agustus 2012


PERAWATAN PDD-NOS
Menurut Yale Developmental Disabilities Clinic, memperlakukan anak-anak dengan PDD-NOS cukup rumit: Kadang-kadang, mereka mungkin tidak mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan secepat pola-pola perilaku mereka yang didiagnosissebagai autistik. Penyedia layanan kesehatan tidak boleh memberikan diagnosis PDD-NOS sampai setelah mereka mempertimbangkan semua yang lain "jenis" dari autisme; dalam waktu singkat, mereka dapat sampai pada kesimpulan mereka setelah pada dasarnya proses eliminasi.

Seperti dengan kondisi lain, dibutuhkan sebuah desa yang terdiri dokter, psikolog, guru, terapis, dan anggota keluarga untuk sampai pada sebuah rencana aksi yang akan bekerja paling baik bagi seseorang dengan PDD-NOS. Sebuah "satu ukuran cocok untuk semua" pendekatan biasanya tidak bekerja: multi-cabang rejimen mungkin paling dianjurkan
Perawatan ini dapat mencakup:
Berbagai perilaku rejimen, termasuk terapi bermain, Applied Behavior Analysis (ABA), terapi integrasi sensorik, dan lebih
Obat-obatan, termasuk anti-depressants
Pelatihan keterampilan sosial, yang mengajarkan anak-anak bagaimana berinteraksi dengan rekan-rekan mereka untuk situasi tertentu
Terapi alternatif seperti terapi seni bela diri, di mana mereka melenturkan otot-otot mereka secara harfiah dan kiasan (mereka menjadi kuat dan belajar bagaimana untuk berfungsi dalam kelompok pengaturan); terapi musik, yang memiliki anak-anak belajar bagaimana berkomunikasi dengan bantuan lagu atau memfasilitasi komunikasi, dimana anak-anak diajarkan untuk menggunakan komputer atau peralatan lain untuk mengetahui yang mereka pikirkan, terutama jika mereka mengalami kesulitan mengekspresikan diri secara verbal. (Ini konon bermanfaat untuk beberapa anak-anak dengan PDD-NOS, dikatakan oleh Pusat Diseminasi Nasional untuk Anak-anak Penyandang Cacat.)

Rabu, 08 Agustus 2012


PERHATIKAN MEREKA





Seringkali para orang tua takut jika anaknya terkena autis, karena hal ini akan berdampak pada kehidupan sosial anak yang cenderung penyendiri dan tidak tertarik untuk berinterkasi dengan lingkungan sekitarnya.

Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang:
-    interaksi sosial,
-    komunikasi (bahasa dan bicara),
-    perilaku-emosi,
-    pola bermain,
-    gangguan sensorik dan motorik
-    perkembangan terlambat atau tidak normal.

Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil; biasanya sebelum anak berusia 3 tahun.
Autisme dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder R-IV merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung PDD (Pervasive Development Disorder) di luar ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan ADD (Attention Deficit Disorder). Gangguan perkembangan perpasiv (PDD) adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan beberapa kelompok gangguan perkembangan di bawah (umbrella term) PDD, yaitu:
Autistic Disorder (Autism) Muncul sebelum usia 3 tahun dan ditunjukkan adanya hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif serta adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas. Asperger’s Syndrome Hambatan perkembangan interaksi sosial dan adanya minat dan aktivitas yang terbatas, secara umum tidak menunjukkan keterlambatan bahasa dan bicara, serta memiliki tingkat intelegensia rata-rata hingga di atas rata-rata.

Pervasive Developmental Disorder – Not Otherwise Specified (PDD-NOS) Merujuk pada istilah atypical autism, diagnosa PDD-NOS berlaku bila seorang anak tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosa tertentu (Autisme, Asperger atau Rett Syndrome).
Rett’s Syndrome Lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak laki-laki. Sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadi kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya; kehilangan kemampuan fungsional tangan yang digantikan dengan gerakkan-gerakkan tangan yang berulang-ulang pada rentang usia 1 – 4 tahun.
Childhood Disintegrative Disorder (CDD) Menunjukkan perkembangan yang normal selama 2 tahun pertama usia perkembangan kemudian tiba-tiba kehilangan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai sebelumnya. Diagnosa Pervasive Develompmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD – NOS) umumnya digunakan atau dipakai di Amerika Serikat untuk menjelaskan adanya beberapa karakteristik autisme pada seseorang (Howlin, 1998: 79). National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY) di Amerika Serikat menyatakan bahwa Autisme dan PDD – NOS adalah gangguan perkembangan yang cenderung memiliki karakteristik serupa dan gejalanya muncul sebelum usia 3 tahun. Keduanya merupakan gangguan yang bersifat neurologis yang memengaruhi kemampuan berkomunikasi, pemahaman bahasa, bermain dan kemampuan berhubungan dengan orang lain. Ketidakmampuan beradaptasi pada perubahan dan adanya respon-respon yang tidak wajar terhadap pengalaman sensoris seringkali juga dihubungkan pada gejala autisme.

Diagnosis
Secara historis, diagnosa autisme memiliki persoalan; suatu ketika para ahli dan peneliti dalam bidang autisme bersandarkan pada ada atau tidaknya gejala, saat ini para ahli dan peneliti tampaknya berpindah menuju berbagai karakteristik yang disebut sebagai continuum autism. Aarons dan Gittents (1992) merekomendasikan adanya descriptive approach to diagnosis. Ini adalah suatu pendekatan deskriptif dalam mendiagnosa sehingga menyertakan pengamatan-pengamatan yang menyeluruh di setting-setting sosial anak sendiri. Settingya mungkin di sekolah, di taman-taman bermain atau mungkin di rumah sebagai lingkungan sehari-hari anak dimana hambatan maupun kesulitan mereka tampak jelas di antara teman-teman sebaya mereka yang ‘normal’. Persoalan lain yang memengaruhi keakuratan suatu diagnosa seringkali juga muncul dari adanya fakta bahwa perilaku-perilaku yang bermasalah merupakan atribut dari pola asuh yang kurang tepat. Perilaku-perilaku tersebut mungkin saja merupakan hasil dari dinamika keluarga yang negatif dan bukan sebagai gejala dari adanya gangguan. Adanya interpretasi yang salah dalam memaknai penyebab mengapa anak menunjukkan persoalan-persoalan perilaku mampu menimbulkan perasaan-perasaan negatif para orang tua.

Pertanyaan selanjutnya kemudian adalah apa yang dapat dilakukan agar diagnosa semakin akurat dan konsisten sehingga autisme sungguh-sungguh terpisah dengan kondisi-kondisi yang semakin memperburuk? Perlu adanya sebuah model diagnosa yang menyertakan keseluruhan hidup anak dan mengevaluasi hambatan-hambatan dan kesulitan anak sebagaimana juga terhadap kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan anak sendiri. Mungkin tepat bila kemudian disarankan agar para profesional di bidang autisme juga mempertimbangkan keseluruhan area, misalnya: perkembangan awal anak, penampilan anak, mobilitas anak, kontrol dan perhatian anak, fungsi-fungsi sensorisnya, kemampuan bermain, perkembangan konsep-konsep dasar, kemampuan yang bersifat sikuen, kemampuan musikal, dan lain sebagainya yang menjadi keseluruhan diri anak sendiri.
Bagi para orang tua dan keluarga sendiri perlu juga dicatat bahwa gejala autisme bersifat individual; akan berbeda satu dengan lainnya meskipun sama-sama dianggap sebagai low functioning atau dianggap sebagai high functioning. Membutuhkan kesabaran untuk menghadapinya dan konsistensi untuk dalam penanganannya sehingga perlu disadari bahwa bahwa fenomena ini adalah suatu perjalanan yang panjang. Jangan berhenti pada ketidakmampuan anak tetapi juga perlu menggali bakat-bakat serta potensi-potensi yang ada pada diri anak. Sebagai inspirasi kiranya dapat disebutkan beberapa penyandang autisme yang mampu mengembangkan bakat dan potensi yang ada pada diri mereka, misalnya: Temple Grandine yang mampu mengembangkan kemampuan visual dan pola berpikir yang sistematis sehingga menjadi seorang Doktor dalam bidang peternakan, Donna William yang mampu mengembangkan kemampuan berbahasa dan bakat seninya sehingga dapat menjadi seorang penulis dan seniman, Bradley Olson seorang mahasiswa yang mampu mengembangkan kemampuan kognitif dan kebugaran fisiknya sehingga menjadi seorang pemuda yang aktif dan tangkas dan mungkin masih banyak nama-nama lain yang dapat menjadi sumber inspirasi kita bersama.
Pada akhirnya, sebuah label dari suatu diagnosa dapat dikatakan berguna bila mampu memberikan petunjuk bagi para orang tua dan pendidik mengenai kondisi alamiah yang benar dari seorang anak. Label yang menimbukan kebingungan dan ketidakpuasan para orang tua dan pendidik jelas tidak akan membawa manfaat apapun.

Simtoma klinis
Anak dengan autisme dapat tampak normal di tahun pertama maupun tahun kedua dalam kehidupannya. Para orang tua seringkali menyadari adanya keterlambatan kemampuan berbahasa dan cara-cara tertentu yang berbeda ketika bermain serta berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tersebut mungkin dapat menjadi sangat sensitif atau bahkan tidak responsif terhadap rangsangan-rangasangan dari kelima panca inderanya (pendengaran, sentuhan, penciuman, rasa dan penglihatan). Perilaku-perilaku repetitif (mengepak-kepakan tangan atau jari, menggoyang-goyangkan badan dan mengulang-ulang kata) juga dapat ditemukan. Perilaku dapat menjadi agresif (baik kepada diri sendiri maupun orang lain) atau malah sangat pasif. Besar kemungkinan, perilaku-perilaku terdahulu yang dianggap normal mungkin menjadi gejala-gejala tambahan. Selain bermain yang berulang-ulang, minat yang terbatas dan hambatan bersosialisasi, beberapa hal lain yang juga selalu melekat pada para penyandang autisme adalah respon-respon yang tidak wajar terhadap informasi sensoris yang mereka terima, misalnya; suara-suara bising, cahaya, permukaan atau tekstur dari suatu bahan tertentu dan pilihan rasa tertentu pada makanan yang menjadi kesukaan mereka. Beberapa atau keseluruhan karakteristik yang disebutkan berikut ini dapat diamati pada para penyandang autisme beserta spektrumnya baik dengan kondisi yang teringan hingga terberat sekalipun.

Hambatan dalam komunikasi, misal: berbicara dan memahami bahasa. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain atau obyek di sekitarnya serta menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Bermain dengan mainan atau benda-benda lain secara tidak wajar. Sulit menerima perubahan pada rutinitas dan lingkungan yang dikenali. Gerakkan tubuh yang berulang-ulang atau adanya pola-pola perilaku yang tertentu

Para penyandang Autisme beserta spektrumnya sangat beragam baik dalam kemampuan yang dimiliki, tingkat intelegensi, dan bahkan perilakunya. Beberapa di antaranya ada yang tidak ‘berbicara’ sedangkan beberapa lainnya mungkin terbatas bahasanya sehingga sering ditemukan mengulang-ulang kata atau kalimat (echolalia). Mereka yang memiliki kemampuan bahasa yang tinggi umumnya menggunakan tema-tema yang terbatas dan sulit memahami konsep-konsep yang abstrak. Dengan demikian, selalu terdapat individualitas yang unik dari individu-individu penyandangnya. Terlepas dari berbagai karakteristik di atas, terdapat arahan dan pedoman bagi para orang tua dan para praktisi untuk lebih waspasa dan peduli terhadap gejala-gejala yang terlihat. The National Institute of  Child Health and Human Development (NICHD) di Amerika Serikat menyebutkan 5 jenis perilaku yang harus diwaspadai dan perlunya evaluasi lebih lanjut :
-    Anak tidak bergumam hingga usia 12 bulan
-    Anak tidak memperlihatkan kemampuan gestural (menunjuk, dada, menggenggam) hingga usia 12 bulan
-    Anak tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga usia 16 bulan
-    Anak tidak mampu menggunakan dua kalimat secara spontan di usia 24 bulan
-    Anak kehilangan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial pada usia tertentu

Adanya kelima ‘lampu merah’ di atas tidak berarti bahwa anak tersebut menyandang autisme tetapi karena karakteristik gangguan autisme yang sangat beragam maka seorang anak harus mendapatkan evaluasi secara multidisipliner yang dapat meliputi; Neurolog, Psikolog, Pediatric, Terapi Wicara, Paedagog dan profesi lainnya yang memahami persoalan autisme.
Membantu anak autis dengan mengkonsumsi produk perlebahan dari High Desert.
1. Royale Jelly Liquid
2. Clover Honey
3. Honeybee PollenS
Berikut Penjelasan dari Produk High desert yang dapat di konsumsi :

1. Royale Jelly Liquid
 Apa itu High-Desert Royale Jelly Liquid?
High-Desert Royale Jelly Liquid mengandung royal jelly segar yang dicampur dengan madu asli, yang mana madu asli juga bertindak sebagai pengawet alami. High-Desert Royale Jelly Liquid membantu memperlambat proses penuaan; memperpanjang usia dan mempertahankan keremajaan kulit. Manfaat dari High-Desert Royale Jelly Liquid
Anti-Penuaan, untuk Kehidupan yang Lebih Baik
Penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi royal jelly dapat meningkatkan rentang usia hingga lebih dari 20%, dan meningkatkan produksi kolagen, sehingga membantu mempertahankan keremajaan kulit kita agar tetap terlihat muda.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada tikus, royal jelly terbukti meningkatkan rentang hidup sebesar 50%, akibat terjadinya penurunan kerusakan DNA.
Kandungan hormon dalam royal jelly terbukti dapat menunjang pertumbuhan sel.
Protein yang terkandung dalam royal jelly memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi.
Kaya akan asam amino, vitamin, dan mineral.
 Nutrisi penting untuk membantu meningkatkan fungsi biokimia serta fisiologis tubuh.
Asam amino adalah unsur utama dalam tubuh. Tanpa asam amino, fungsi organ tubuh Anda menjadi tidak seimbang.

Mempertahankan keremajaan kulit.
Mengandung gelatin dalam jumlah besar. Gelatin membantu meningkatkan produksi kolagen dalam sel fibroblas manusia. Kolagen adalah protein yang terdapat di lapisan kulit paling dalam, yang bertugas untuk menguatkan dan menunjang kulit Anda agar tidak cepat keriput, serta memelihara kelenturan kulit.

Membantu meremajakan tubuh, meningkatkan mobilitas dan fleksibilitas tubuh
Kolagen juga merupakan unsur utama pada otot, tendon, kartilago, ligamen, dan tulang. Kolagen membentuk jaringan otot dan menunjang pergerakan tubuh.

Meningkatkan daya ingat
Mengandung Asetilkolin. Asetilkolin dibutuhkan untuk mengirimkan pesan antar sel-sel syaraf. Kekurangan zat ini dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit Alzheimer atau penyakit syaraf lainnya.
Royal jelly telah terbukti dapat melindungi syaraf.

Meningkatkan daya tahan tubuh
Kandungan 10-HDA memiliki aktivitas anti-bakteri dan anti-fungi.
Protein, yang disebut royalisin, terbukti memiliki efektifitas seperti antibiotik terhadap bakteri Gram positif. Royal jelly menstimulasi produksi zat-zat antibodi dan sel-sel imun, serta memiliki aktivitas anti mikroba.

Meningkatkan kesuburan

Memperbaiki sistem reproduksi.

Membantu mengurangi efek kelelahan

Mengurangi efek kelelahan setelah berolah raga.

2. Clover Honey
Mengenal Madu High Desert Clover Honey
High-Desert Clover Honey berasal dari bunga clover, dinyatakan sebagai madu terbaik oleh peternak lebah di seluruh dunia. Madu ini merupakan sumber nutrisi yang paling baik.
Mendapatkan nutrisi yang cukup dari makanan yang kita konsumsi merupakan hal terpenting bagi tubuh. High-Desert Clover Honey dengan rasanya yang khas serta teksturnya yang lembut membantu memperlancar dan memelihara sistem pencernaan, melalui kandungan nutrisi dan enzimnya.
HD Clover Honey terbukti :
-membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan, seperti dapat mengatasi konstipasi/sembelit dan luka (tukak) lambung, meningkatkan penyerapan nutrisi, serta menjaga keseimbangan bakteri menguntungkan dan menghambat bakteri merugikan.
-sebagai  sumber energi.
-sebagai pengganti gula yang aman sehingga baik untuk penderita diabetes.
-baik untuk sistem pernapasan karena madu bersifat mukolitik (mengencerkan dahak)
-menyembuhkan luka berair atau bernanah karena HD Clover bersifat higroskopis (menyerap air). cukup dengan mengoleskan HD Clover Honey kepermukaan luka.

3. Honeybee PollenS
High-Desert Honeybee PollenS?
High-Desert Honeybee PollenS adalah bee pollen yang telah diformulasikan secara khusus untuk anak-anak. Seperti High-Desert Poilenergy 520, High-Desert Honeybee PollenS juga mengandung nutrisi penting untuk membantu perkembangan anak, serta dapat meningkatkan konsentrasi dan kecerdasan anak.
Manfaat dari High-Desert Honeybee PolienS
Membantu perkembangan otak dan tubuh anak.
Mengandung asam glutamat yang berfungsi untuk membawa mineral kalium ke otak sehingga dapat meningkatkan konsentrasi.
Membantu meningkatkan kecerdasan.
Bee pollen telah terbukti dapat meningkatkan jumlah sel darah merah yang sehat dan hal ini menyebabkan konsentrasi meningkat hingga 25%.
Meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Kaya akan nutrisi seperti protein, asam amino, mineral dan vitamin.
“Bee Pollen telah lama berhasil meningkatkan tingkat kecerdasan anak (I.Q), mem bantu perkembangan otak anak yang terbelakang, meningkatkan kemampuan otak, meningkatkan konsentrasi, meningkatkan kemampuan untuk be/ajar dan bekerja.” Mme Aschenasy Leru, Ketua Pusat Penelitian llmiah Nasional Perands di Paris.

Mengapa Memilih High-Desert Honeybee PollenS?
Pollen diselubungi oleh dua lapisan kulit yang tidak dapat dicerna oleh manusia. Lapisan kulit ini akan pecah bila keadaan lingkungan sesuai untuk terjadinya proses penyerbukan. High-Desert melakukan terobosan baru untuk memecah lapisan kulit tersebut yaitu melalui metode yang dinamakan double fracture, sehingga pollen yang diproduksi oleh High-Desert dapat dicerna oleh manusia.Teknik ini telah menjadi hak paten High-Desert.

High-Desert Honeybee PollenS terbuat dari campuran bee pollen khusus yang diperoleh dari berbagai daerah dataran tinggi di Amerika seperti Arizona, Colorado, Utah, Montana, dan Idaho. Hasil campuran pollen-pollen ini memiliki kandungan nutrisi yang tinggi jika dibandingkan dengan pollen yang hanya berasal dari satu daerah. High-Desert Honeybee PollenS tidak mengalami proses pemanasan, yang mana dapat menghancurkan enzim yang terkandung didalamnya dan dapat mengurangi nilai nutrisi hingga 80%. High-Desert Bee pollen dipanen dari daerah dataran tinggi di Amerika, alami dari sarang lebah dan tidak mengalami proses pemanasan untuk menghilangkan kelembabannya. Kemudian High-Desert Bee pollen didinginkan pada suhu 0 derajat celcius untuk mempertahankan kesegaran vitamin, mineral dan nutrisi penting lainnya yang terkandung di dalamnya.

Dianjurkan Bagi
High-Desert Honeybee PollenS direkomendasikan bagi anak-anak, untuk membantu meningkatkan perkembangan tubuh dan otaknya.
Petunjuk Penggunaan
6 bulan – 1 tahun, 1/2 tablet sehari.
1 tahun-5 tahun, 1 tablet sehari.
5 tahun – 12 tahun, 1 – 2 tablet sehari.
* High-Desert Honeybee Pollens juga dapat dikonsumsi oleh orang dewasa yang memiliki masalah jantung atau hipertensi, dimulai dengan 2 tablet sehari.
sumber : www.kesehatan.us

PDD – NOS atau Pervasive Develompmental Disorder Not Otherwise Specified, Apakah itu?

Pervasive Develompmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD – NOS)  adalah salah satu dari 5 gangguan spektrum Autism. Autism adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. Karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang interaksi sosial, komunikasi (bahasa dan bicara), perilaku-emosi, pola bermain, gangguan sensorik atau motorik dan perkembangan terlambat atau tidak normal. Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil biasanya sebelum anak berusia 3 tahun, Meski seringkali dianggap ringan ternyata dalam beberapa hal manifestasi klinis tertentu justru lebih parah gangguannya.
Disorder-Tidak Pervasive Developmental Otherwise Specified (PDD-NOS) adalah gangguan perkembangan pervasif (PDD), juga disebut spektrum autisme disorder (ASD). PDD-NOS adalah satu dari lima bentuk Gangguan Spektrum Autisme . PDD-NOS sering disebut autisme atipikal. Diagnosa Pervasive Develompmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD – NOS) umumnya digunakan atau dipakai di Amerika Serikat untuk menjelaskan adanya beberapa karakteristik autisme pada seseorang .
National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY) di Amerika Serikat menyatakan bahwa Autisme dan PDD – NOS adalah gangguan perkembangan yang cenderung memiliki karakteristik serupa dan gejalanya muncul sebelum usia 3 tahun. Keduanya merupakan gangguan yang bersifat neurologis yang memengaruhi kemampuan berkomunikasi, pemahaman bahasa, bermain dan kemampuan berhubungan dengan orang lain. Ketidakmampuan beradaptasi pada perubahan dan adanya respon-respon yang tidak wajar terhadap pengalaman sensoris seringkali juga dihubungkan pada gejala autisme.
Autism Spectrum Diseases
Autism dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder R-IV merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung PDD (Pervasive Development Disorder) di luar ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan ADD (Attention Deficit Disorder). Gangguan perkembangan perpasiv (PDD) adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan beberapa kelompok gangguan perkembangan di bawah (umbrella term) PDD, yaitu:
  1. Autistic Disorder (Autism) Muncul sebelum usia 3 tahun dan ditunjukkan adanya hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif serta adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas.
  2. Asperger’s Syndrome Hambatan perkembangan interaksi sosial dan adanya minat dan aktivitas yang terbatas, secara umum tidak menunjukkan keterlambatan bahasa dan bicara, serta memiliki tingkat intelegensia rata-rata hingga di atas rata-rata.
  3. Pervasive Developmental Disorder – Not Otherwise Specified (PDD-NOS) Merujuk pada istilah atypical autism, diagnosa PDD-NOS berlaku bila seorang anak tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosa tertentu (Autisme, Asperger atau Rett Syndrome).
  4. Rett’s Syndrome Lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak laki-laki. Sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadi kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya; kehilangan kemampuan fungsional tangan yang digantikan dengan gerakkan-gerakkan tangan yang berulang-ulang pada rentang usia 1 – 4 tahun.
  5. Childhood Disintegrative Disorder (CDD) Menunjukkan perkembangan yang normal selama 2 tahun pertama usia perkembangan kemudian tiba-tiba kehilangan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai sebelumnya.
Gejala autisme dapat sangat ringan (mild), sedang (moderate) hingga parah (severe), sehingga masyarakat mungkin tidak menyadari seluruh keberadaannya. Parah atau ringannya gangguan autisme sering kemudian di-paralel-kan dengan keberfungsian. Dikatakan oleh para ahli bahwa anak-anak dengan autisme dengan tingkat intelegensi dan kognitif yang rendah, tidak berbicara (nonverbal), memiliki perilaku menyakiti diri sendiri, serta menunjukkan sangat terbatasnya minat dan rutinitas yang dilakukan maka mereka diklasifikasikan sebagai low functioning autism. Sementara mereka yang menunjukkan fungsi kognitif dan intelegensi yang tinggi, mampu menggunakan bahasa dan bicaranya secara efektif serta menunjukkan kemampuan mengikuti rutinitas yang umum diklasifikasikan sebagai high functioning autism. Dua dikotomi dari karakteristik gangguan sesungguhnya akan sangat berpengaruh pada implikasi pendidikan maupun model-model treatment yang diberikan pada para penyandang autisme. Kiranya melalui media ini penulis menghimbau kepada para ahli dan paktisi di bidang autisme untuk semakin mengembangkan strategi-strategi dan teknik-teknik pengajaran yang tepat bagi mereka. Apalagi mengingat fakta dari hasil-hasil penelitian terdahulu menyebutkan bahwa 80% anak dengan autisme memiliki intelegensi yang rendah dan tidak berbicara atau nonverbal. Namun sekali lagi, apapun diagnosa maupun label yang diberikan prioritasnya adalah segera diberikannya intervensi yang tepat dan sungguh-sungguh sesuai dengan kebutuhan mereka.
Karakteristik PDD-NOS
Karena PDD-NOS adalah gangguan spektrum, tidak setiap anak menunjukkan tanda-tanda yang sama. Dua karakteristik utama dari gangguan ini adalah kesulitan dengan keterampilan interaksi sosial dan komunikasi.  Tanda sering terlihat pada bayi tetapi diagnosis biasanya barui dapat  dibuat sampai sekitar usia 4. Meskipun PDD-NOS dianggap lebih ringan dibandingkan autism yang khas, sebenarnya tidak sepenuhnya hal ini  selalu benar. Sementara beberapa karakteristik mungkin lebih ringan, tetapi manifestasi yang lain mungkin lebih parah.

Keterampilan fungsi Sosial

Setelah anak dengan PDD-NOS masuk sekolah, ia sering akan sangat bersemangat untuk berinteraksi dengan teman sekelas, tetapi dapat bertindak secara sosial berbeda dari teman sebaya dan tidak dapat membuat koneksi asli.Saat mereka menua, koneksi terdekat mereka buat biasanya dengan orangtua mereka.  Anak-anak dengan PDD-NOS memiliki kesulitan membaca ekspresi wajah dan yang berkaitan dengan perasaan orang lain. Mereka mungkin tidak tahu bagaimana merespon ketika seseorang tertawa atau menangis. Literal thinking is also characteristic of PDD-NOS. Pemikiran literal juga karakteristik dari PDD-NOS. Mereka kemungkinan besar akan mengalami kesulitan memahami pembicaraan figuratif dan sarkasme.

Keterampilan komunikasi

Kemampuan komunikasi yang terhambat adalah tanda PDD-NOS yang dimulai segera setelah lahir. Bayi dengan PDD-NOS yang tidak babling atau mengoceh dengan bertambahnya usia mereka, mereka tidak berbicara pada usia di mana pidato berkembang pada orang khas.   Beberapa karakteristik bahasa berbasis pola yang berulang atau bahasa kaku, kepentingan sempit, perkembangan bahasa tidak rata, dan komunikasi nonverbal miskin. Karakteristik yang sangat umum dari PDD-NOS adalah gangguan kesulitan menangkap perbedaan antara kata ganti, terutama antara kau dan aku saat bercakap-cakap, seperti dalam pertukaran ini:
Orangtua : Apakah Anda ingin warna ini atau Anda ingin aku?
Anak: Aku.
Di sini, karena orangtua menggunakan kata untuk menggambarkan dirinya sendiri, anak berpikir bahwa “saya” ini berlaku untuk orang tua terlepas dari siapa pembicara. Anak tidak mengerti, tanpa intervensi, bahwa penugasan saya tergantung pada pembicara, bukan untuk siapa pun yang berbicara terlebih dahulu
PDD-NOS biasanya didiagnosa oleh psikiater anak, psikolog, atau ahli saraf pediatrik. [Tidak ada tes khusus tunggal dapat diberikan untuk menentukan apakah seorang anak pada spektrum. Diagnosis dilakukan melalui observasi, angket, dan tes. Orang tua biasanya akan memulai pencarian diagnosis dengan pertanyaan untuk dokter anak anak mereka tentang perkembangan anak mereka setelah melihat kelainan. Dari sana, dokter akan mengajukan pertanyaan untuk mengukur perkembangan anak dibandingkan dengan yang sesuai dengan seusia. One test that measures this is the Modified Checklist of Autism in Toddlers (MCHAT). Satu tes yang mengukur ini adalah Daftar Periksa Modifikasi autism di Balita (MCHAT). Ini adalah daftar pertanyaan yang jawabannya akan menentukan apakah anak harus dirujuk ke spesialis seperti dokter anak tumbuh kembang, ahli saraf , psikiater, atau psikolog. Daftar lain, DSM-IV adalah serangkaian karakteristik dan kriteria untuk memenuhi syarat untuk diagnosis autism.
sumber : www.klinikautisindonesia.wordpress.com


Lantanida dalam PDD-NOSJan de Scholten
Pervasive Developmental Disorder, Not Otherwise Specified (PDD-NOS) adalah suatu kondisi 'sub-ambang' di mana beberapa - tetapi tidak semua - fitur dari autisme atau gangguan lain secara eksplisit diidentifikasi Pervasive Developmental diidentifikasi. PDD-NOS sering salah disebut sebagai hanya "PDD." PDD merujuk pada kelas kondisi yang autisme milik. PDD TIDAK diagnosis itu sendiri, sementara PDD-NOS IS diagnosis. Gangguan Perkembangan jangka Pervasif - Not Otherwise Specified (PDD-NOS; juga disebut sebagai "pengembangan kepribadian atipikal," "PDD atipikal," atau "autisme atipikal") dimasukkan dalam DSM-IV untuk mencakup kasus di mana ada ditandai penurunan nilai interaksi sosial, komunikasi, dan / atau pola perilaku stereotip atau bunga, tetapi ketika fitur lengkap untuk autisme atau lain secara eksplisit didefinisikan PDD tidak terpenuhi.

Definisi di atas menjelaskan bahwa PDD-NOS sering digunakan sebagai diagnosis "istirahat", digunakan ketika pasien tidak sesuai dengan kategori yang lebih baik didefinisikan sebagai "autisme". Sebuah karakteristik beberapa sering ditemukan:
- Autis perilaku, kesulitan melakukan kontak.
- Penyendiri, merasa diri mereka orang asing di dunia.
- Intelektual mereka seringkali normal bahkan terang.
- Perilaku obsesif atau kecenderungan.



Kebanyakan dari fitur ini dapat ditemukan di Lantanida juga. Kecenderungan autis di Lantanida bisa sangat kuat. Tema dunia batin adalah pusat, hidup di dunia mereka sendiri dan mengalami kesulitan keluar. Ini terkait dengan fakta bahwa semua Lantanida adalah sebuah kualitas dari Tahap 3, yang sebelum Hafnium. Jadi mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan, apa yang harus memutuskan, atau bagaimana memberikan diri mereka bentuk di dunia ini. Mereka dapat merasa sebagai seseorang yang tidak pas ke dunia ini. Perasaan menjadi orang asing sering ditingkatkan oleh kenyataan bahwa mereka sensitif. Jadi mereka merasa apa yang orang lain maksud dan perasaan, tapi yang tidak sesuai dengan apa yang mereka katakan dan mengekspresikan, sehingga mereka bingung. Kebingungan menjadi kuat mereka untuk Tahap 3. Atau mereka merasa aneh karena mereka memiliki perasaan dan ide-ide yang orang lain tidak mengungkapkan, terutama di bidang tabu. Jadi mereka mulai berpikir bahwa mereka harus menjadi aneh bahwa mereka memiliki perasaan seksual atau kemarahan, atau ide yang aneh. Dan ide-ide mereka sering "aneh" bagi dunia luar karena mereka cenderung sangat terang.

Perilaku obsesif juga merupakan ekspresi khas dari Lantanida. Hal ini timbul dari keinginan untuk mengontrol, mengendalikan diri. Mereka ingin pergi cara mereka sendiri. Dan yang membuat kontak lebih sulit, seperti orang lain selalu ingin mempengaruhi mereka. Ini memberi masalah di sekolah di mana mereka harus berperilaku sebagai guru ingin mereka. Keinginan mereka untuk kebebasan menimbulkan lebih banyak masalah ketika mereka tidak dewasa, ketika mereka mengatakan apa yang harus dilakukan dan tidak diizinkan untuk memutuskan sendiri, pensiun ke dalam dunia mereka sendiri adalah solusi untuk masalah itu.

Dari sini mungkin jelas bahwa lantanida sering ditunjukkan dalam PDD-NOS. Ini adalah pengalaman di klinik kami, Homeopathisch Artsencentrum Utrecht.
sumber : www. interhomeopathy.org

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More