lihat blog dan facebook dulu

Sambil facebook dan blog, aku biasanya main game juga plus cari berbagai informasi penting buat tambah ilmu pengetahuan

toko buku

Beginilah Aku kalo dah sampe toko buku....cari buku, ambil posisi dan nongkrong deh sambil baca buku.-buku baru, biasanya Aku baca buku-buku komik bergambar, pelajaran plus baca majalah anak-anak

maju terus pantang mundur

Meskipun HUJAN, BANJIR dan DINGIN..., Aku masih tetap masuk sekolah demi meraih cita-citaku...tapi sambil main air ya

jam istirahat sekolah

CUEK AJA AKU TETAP BELAJAR di jam istirahat.... sementara temen-temen aku yang lain bermain

cita dan harapanku

Cita dan harapanku dalam hidup ini adalah berbakti pada Agama, Orang tua dan...menggapai cita-cita yang tinggi

kegiatan hari minggu

Terkadang kalo hari libur minggu Aku turut membantu orang tua membersihkan rumah...salah satunya membersihkan kaca jendela

ini dia mainan favoritku

Salah satu mainan favorit alias hobiku.....kalo dah ketemu yang namanya Kabel, Baterei, Lampu apalagi ada Dinamo bekas mainan, wah pokoknya paling mengasyikkan sekali deh, bisa lupa makan dan mandi...he..he..

Terimakasih Ummi

Sebelum Aku dikandung, Ummi menginginkan Aku ada. Sebelum Aku dilahirkan, Ummi telah mengasihiku. Sebelum Aku keluar dari kandungan, Ummi pun rela mati untukku... Subhanallah, inilah keajaiban kasih sayang Ummi untukku....

Terimakasih Abi

Abi kau adalah penguat hatiku, menjadikanku anak lelaki yang tegar, sabar, rendah hati, pantang menyerah, keringatmu menjadi inspirasiku, kau begitu hebat dan tak ada yang bisa sepertimu

Selasa, 22 Januari 2013



A. Latar Belakang
Perkembangan manusia merupakan perubahan yang progresif dan berlangsung terus menerus atau berkelanjutan. Keberhasilan dalam mencapai suatu tahap perkembangan akan sangat menentukan keberhasilan dalam tahap perkembangan berikutnya. Sedangkan, apabila ditemukan adanya satu proses perkembangan yang terhambat, terganggu, atau bahkan terpenggal, dan kemudian dibiarkan maka untuk selanjutnya sulit mencapai perkembangan yang optimal.
Tidak setiap anak mengalami perkembangan normal. Banyak di antara mereka yang dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki factor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus.
Uraian di atas, mengisyaratkan bahwa secara konseptual anak berkebutuhan khusus (children with special needs) memiliki makna dan spektrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak luar biasa, cacat, atau berkelainan (exceptional children). Anak berkebutuhan khusus tidak hanya mencakup anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen akibat dari kecacatan tertentu (anak penyandang cacat), tetapi juga anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer. Anak berkebutuhan khusus temporer juga biasa disebut dengan anak dengan factor resiko, yaitu yaitu individu-individu yang memiliki atau dapat memiliki prolem dalam perkembangannya yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan belajar selanjutnya, atau memiliki kerawanan atau kerentanan atau resiko tinggi terhadap munculnya hambatan atau gangguan dalam belajar atau perkembangan selanjutnya. Bahkan, dipercayai bahwa anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer apabila tidak mendapatkan intervensi secara tepat sesuai kebutuhan khususnya, dapat berkembang menjadi permanen.
B. Definisi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan (retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya.
Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, danhandicapedMenurut World Health Organization (WHO), definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut:
  1. Impairmentmerupakan suatu keadaan atau kondisi di mana individu mengalami kehilangan atau abnormalitas psikologis, fisiologis atau fungsi struktur anatomis secara umum pada tingkat organ tubuh. Contoh seseorang yang mengalami amputasi satu kakinya, maka dia mengalami kecacatan kaki.
  2. Disability: merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami kekurangmampuan yang dimungkinkan karena adanya keadaan impairment seperti kecacatan pada organ tubuh. Contoh pada orang yang cacat kakinya, maka dia akan merasakan berkurangnya fungsi kaki untuk melakukan mobilitas.
  3. Handicaped: merupakan ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada individu. Handicaped juga bisa diartikan suatu keadaan di mana individu mengalami ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan dan berkurangnya fungsi organ individu. Contoh orang yang mengalami amputasi kaki sehingga untuk aktivitas mobilitas atau berinteraksi dengan lingkungannya dia memerlukan kursi roda.
Termasuk anak-anak berkebutuhan khusus yang sifatnya temporer di antaranya adalah anak-anak penyandangpost traumatic syndrome disorder (PTSD) akibat bencana alam, perang, atau kerusuhan, anak-anak yang kurang gizi, lahir prematur, anak yang lahir dari keluarga miskin, anak-anak yang mengalami depresi karena perlakukan kasar, anak-anak korban kekerasan, anak yang kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan dengan kasar, anak yang tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar, anak berpenyakit kronis, dan sebagainya.
Menurut Heward anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) agak berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus berproses dan tumbuh, tidak dengan modal fisik yang wajar, karenanya sangat wajar jika mereka terkadang cenderung memiliki sikap defensif (menghindar), rendah diri, atau mungkin agresif, dan memiliki semangat belajar yang lemah.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah definisi yang sangat luas, mencakup anak-anak yang memiliki cacat fisik, atau kemampuan IQ rendah, serta anak dengan permasalahan sangat kompleks, sehingga fungsi-fungsi kognitifnya mengalami gangguan.
            Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan anak berkebutuhan khusus. Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan istilah terbaru yang digunakan, dan merupakan terjemahan dari children with special needs yang telah digunakan secara luas di dunia internasional, ada beberapa istilah lain yang pernah digunakan diantaranya anak cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak menyimpang, dan anak luar biasa, ada satu istilah yang berkembang secara luas telah digunakan yaitu difabel, sebenarnya merupakan kependekan dari diference ability.
            Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya.
The National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY) mengemukakan bahwa “children with special needs or special needs children refer to children who have disabilities or who are at risk of developing disabilities”.
Hal senada juga diajukan oleh Behr dan Gallagher (Fallen dan Umansky, 1985:13) yang mengusulkan perlunya definisi yang lebih fleksibel dalam mendefinisikan anak-anak berkebutuhan khusus. Artinya, tidak hanya meliputi anak-anak berkelainan (handicapped children) sebagaimana dirumuskan dalam P.L 94-142, tetapi juga mereka yang termasuk anak-anak memiliki faktor resiko. Dijelaskan lebih lanjut bahwa dengan definisi yang lebih fleksibel, akan memberikan keuntungan bahwa hambatan yang lebih serius dapat dicegah melalui pelayanan anak pada usia dini. Sekalipun demikian, dalam pembahasan ini lebih memfokuskan kepada anak-anak yang termasuk dalam kategori anak cacat atau berkelainan.
Perubahan terminologi atau istilah anak berkebutuhan khusus dari istilah anak luar biasa tidak lepas dari dinamika perubahan kehidupan masyarakat yang berkembang saat ini, yang melihat persoalan pendidikan anak penyandang cacat dari sudut pandang yang lebih bersifat humanis dan holistik, dengan penghargaan tinggi terhadap perbedaan individu dan penempatan kebutuhan anak sebagai pusat perhatian, yang kemudian telah mendorong lahirnya paradigma baru dalam dunia pendidikan anak penyandang cacat dari special education ke special needs education. Implikasinya, perubahan tersebut juga harus diikuti dengan perubahan dalam cara pandang terhadap anak penyandang cacat yang tidak lagi menempatkan kecacatan sebagai focus perhatian tetapi kepada kebutuhan khusus yang harus dipenuhinya dalam rangka mencapai perkembangan optimal. Dengan demikian, layanan pendidikan tidak lagi didasarkan atas label kecacatan anak, akan tetapi harus didasarkan pada hambatan belajar dan kebutuhan setiap individu anak atau lebih menonjolkan anak sebagai individu yang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.
Ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk memahami anak berkebutuhan khusus yaitu impairment yang berarti cacat, disability di mana seseorang mengalami hambatan karena berkurangnya fungsi suatu organ yang dimungkinkan karena kondisi cacat, dan handicapped,merupakan keadaan seseorang yang mengalami hambatan dalam komunikasi dan sosialisasi dengan lingkungan. Kondisi handicapped inilah yang merupakan berkebutuhan khusus, karena untuk bersosialisasi dengan lingkungan termasuk pendidikan dan pengajaran memerlukan perlakuan khusus.
C. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
1. Kelainan Mental terdiri dari:
a. Mental Tinggi
Sering dikenal dengan anak berbakatintelektual, di mana selain memiliki kemampuan intelektual di atas rerata normal yang signifikan juga memiliki kreativitas dan tanggung jawab terhadap tugas.
b. Mental Rendah
Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual (IQ) di bawah rerata dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learners) yaitu anak yang memilki IQ antara 70 – 90. Sedangkan anak yang memiliki IQ di bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan khusus.
c. Berkesulitan Belajar Spesifik
Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar (achivement) yang diperoleh siswa. Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang memiliki kapasitas intelektual normal ke atas tetapi memiliki prestasi belajar rendah pada bidang akademik tertentu.
2. Kelainan Fisik meliputi:
a. Kelainan Tubuh (Tunadaksa)
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy(kelayuhan otak ), amputasi (kehilangan organ tubuh), polio, dan lumpuh.
Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitasfisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
b. Kelainan Indera Penglihatan (Tunanetra)
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision.
Definisi tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual danbersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS.
Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai orientasi dan mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)
c. Kelainan Pendengaran (Tunarungu)
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
1.              Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB)
2.              Gangguan pendengaran ringan(41-55dB)
3.              Gangguan pendengaran sedang(56-70dB)
4.              Gangguan pendengaran berat(71-90dB)
5.              Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB)
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
Kelainan pendengaran dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing).
d. Kelainan Bicara (Tunawicara)
Seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain. Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional di mana mungkin disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya gangguan pada organ motoris yang berkaitan dengan bicara.
3. Kelainan Emosi
Gangguan emosi merupakan masalah psikologis, dan hanya dapat dilihat dari indikasi perilaku yang tampak pada individu. Adapun klasifikasi gangguan emosi meliputi:
  1. Gangguan Perilaku
·         Mengganggu di kelas
·         Tidak sabaran-terlalu cepat bereaksi
·         Tidak menghargai-menentang
·         Menyalahkan orang lain
·         Kecemasan terhadap prestasi di sekolah
·         Dependen terhadap orang lain
·         Pemahaman yang lemah
·         Reaksi yang tidak sesuai
·         Melamun, tidak ada perhatian, dan menarik diri
  1. Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder)
Enam atau lebih gejala inattention, berlangsung paling sedikit 6 bulan, ketidakmampuan untuk beradaptasi, dan tingkat perkembangannya tidak konsisten. Gejala-gejala inattention tersebut antara lain:
·         Sering gagal untuk memperhatikan secara detail, atau sering membuat kesalahan dalam pekerjaan sekolah atau aktivitas yang lain.
·         Sering kesulitan untuk memperhatikan tugas-tugas atau aktivitas permainan
·         Sering tidak mendengarkan ketika orang lain berbicara
·         Sering tidak mengikuti intruksi untuk menyelesaikan pekerjaan sekolah
·         Kesulitan untuk mengorganisir tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas
·         Tidak menyukai pekerjaan rumah dan pekerjaan sekolah
·         Sering tidak membawa peralatan sekolah seperti pensil, buku, dan sebagainya
·         Sering mudah beralih pada stimulus luar
·         Mudah melupakan terhadap aktivitas sehari-hari
  1. Gangguan Hiperaktive (ADHD/Attention Deficit Hiperactivity Disorder)
·         Perilaku tidak bisa diam
·         Ketidakmampuan untuk memberi perhatian yang cukup lama
·         Hiperaktivitas
·         Aktivitas motorik yang tinggi
·         Mudah buyarnya perhatian
·         Canggung
·         Infeksibilitas
·         Toleransi yang rendah terhadap frustasi
·         Berbuat tanpa dipikir akibatnya.
D. Kesimpulan
Dari berbagai pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan-perbedaan baik perbedaan interindividual maupun intraindividual yang signifikan dan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sehingga untuk mengembangkan potensinya dibutuhkan pendidikan dan pengajaran.
Berkebutuhan khusus merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan anak-anak luar biasa atau mengalami kelainan dalam konteks pendidikan. Ada perbedaan yang signifikan pada penggunaan istilah berkebutuhan khusus dengan luar biasa atau berkelainan. Berkebutuhan khusus lebih memandang pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi dan mengembangkan kemampuannya secara optimal, sedang pada luar biasa atau berkelainan adalah kondisi atau keadaan anak yang memerlukan perlakuan khusus.
Memahami anak berkebutuhan khusus berarti melihat perbedaan individu, baik perbedaan antar individu (interindividual) yaitu membandingkan individu dengan individu lain baik perbedaan fisik, emosi maupun intelektual, dan perbedaan antar potensi yang ada pada individu  itu sendiri (intraindividual).
E. DAFTAR PUSTAKA
Suparno. 2007. Bahan Ajar Cetak: Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan Nasional.
Lathiffah, Nurul. 2010. http://abk-dan-pendidikan-yang-pengertian.htm. (diakses tanggal 12 Maret 2011).
Sigit. 2009. http://anak-berkebutuhan-khusus. (diakses tanggal 12 Maret 2011).
http://apakah-anak-anda-tergolong-anak. (diakses tanggal 12 Maret 2011).
http://wikipedia.org/anak_berkebutuhan_khusus. (diakses tanggal 12 Maret 2011).

sumber : www.pendidikanabk.blogspot.com

Mengontrol Perkembangan Emosi Pada Anak Berkebutuhan Khusus


Cara Mengontrol Perkembangan Emosi Pada Anak Berkebutuhan Khusus bukanlah sesuatu yang biasa anda temukan dalam text book. Banyak teori yang menyarankan orang tua melakukan berbagai macam terapi bahkan beberapa orang tua rela mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk segala jenis pengobatan. Kebanyakan orang salah mengira bahwa anak yang memiliki kebutuhan khusus adalah sejenis penyakit yang dapat diobati, sebenarnya adalah hanya lewat kesabaran dan pembinaan ekstra kepada anak yang memiliki kebutuhan khususlah emosi mereka dapat dikontrol. Selain itu diet mereka juga sangat perlu diperhatikan karena beberapa zat makanan terbukti dapat mempengaruhi emosi mereka sehingga beberapa anak memiliki kebutuhan khusus menjadi lebih cenderung hiperaktif sehingga seperti hampir sulit diatur.
Cara Mengontrol Perkembangan Emosi Pada Anak Berkebutuhan Khusus Berdasarkan Tipe Kebutuhan
Sebelum mencari tahu Cara Mengontrol Perkembangan Emosi Pada Anak Berkebutuhan Khusus perlu diperjelas terlebih dahulu mengenai apa saja yang dimaksud dengan memiliki kebutuhan khusus karena setiap anak yang memiliki kebutuhan khusus memiliki kebutuhan yang berbeda-beda dari satu anak ke anak yang lain. Berikut adalah jenis-jenis anak yang memiliki kebutuhan khusus:
  • Tunagrahita yaitu anak-anak yang memiliki masalah dengan fungsi intelektual yang berada dibawah rata-rata anak normal.
  • Tunalaras adalah anak-anak yang memiliki masalah dalam pengontrolan emosi dan hubungan sosial dengan anak-anak lainnya.
  • Tunarungu Wicara adalah anak-anak yang memiliki masalah dengan pendengaran yang berakibat pada masalah dalam berbicara.
  • Tunanetra adalah anak-anak yang memiliki masalah dengan penglihatan.
  • Autistik adalah anak-anak yang memilki masalah dalam berkomunikasi yang disebabkan adanya kerusakan pada otak.
  • Anak berbakat adalah anak-anak yang dikenal dengan sebutan jenius dengan tingkat kreatifitas diatas rata-rata anak-anak normal.
Guru Harus Tahu Cara Mengontrol Perkembangan Emosi Pada Anak Berkebutuhan Khusus
Tidak hanya orang tua yang harus tahu mengenai bagaimana cara untuk mengontrol emosi seorang anak yang memiliki kebutuhan khusus tapi juga guru tempat mereka bersekolah terutama guru untuk sekolah-sekolah umum dimana seorang anak yang memiliki kebutuhan khusus belajar. Kebanyakan orang yang mendengar anak-anak memiliki kebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental atau idiot tapi pada kenyataannya adalah tidak. Mungkin untuk anak-anak tunarungu, tunanetra dan autis memiliki sekolah khusus tapi tidak bagi anak-anak tunagrahita dan anak berbakat mereka harus masuk sekolah umum dan sudah menjadi tugas guru untuk mengetahui Cara Mengontrol Perkembangan Emosi Pada Anak Berkebutuhan Khusus.

sumber : www.artikelkesehatananak.com

Makanan Khusus Anak Berkebutuhan Khusus

Seorang anak penyandang autisme mempunyai dunia yang berbeda dengan anak yang bukan penyandang, termasuk makanan yang dikonsumsi. Bebas gluten dan kasein adalah makanan yang dianjurkan untuk anak-anak penyandang autisme.  

Ayahbunda Gizi & Kesehatan
Anak dengan sindrom spektrum autisme cenderung meningkat beberapa tahun terakhir. Gangguan spektrum austime merupakan salah satu dari gangguan perkembangan pervasif (pervasive developmental disorders/PPD) yang melibatkan gangguan komunikasi dan kemampuan sosial, perilaku serta kognitif.

Seorang anak penyandang autisme mempunyai dunia yang berbeda dengan anak yang bukan penyandang. Ia sulit mengekspresikan dirinya menggunakan kata-kata dan bereaksi terhadap lingkungan dengan cara yang tidak biasa. Sindrom yang juga termasuk dalam PDD adalah Asperger dan Rett. 

Para ahli sepakat bahwa penyandang autisme harus menghilangkan sumber peptida (sejenis zat medium yang terbentuk dari asam animo yang mempunyai ciri khas protein tapi tidak sama dengan protein), yaitu gluten (protein dari gandum) dan kasein (protein dari susu). 

Anak autis harus menjalankan diet yang disebut Diet GF-CF (Gluten-free dan Casein-free). Selain diyakini dapat memperbaiki gangguan pencernaan, juga bisa mengurangi gejala atau tingkah laku autisme anak.

Meski sampai sekarang masih menjadi perdebatan soal pengaturan jenis makanan yang memperparah gejala autisme, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengurangi gluten dan kasein membuat anak penyandang autisme menunjukkan perbaikan, yang tampak dari membaiknya perilaku anak. Selain harus bebas gluten dan kasein, makanan lain yang juga dilarang adalah  makanan yang mengandung ragi, makanan yang difermentasikan dan gula. 

Penelitian Dr. dr Sri Achadi Nugraheni, ahli gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang dalam Inilah.Com tentang pengaruh makanan dan minuman terhadap autisme pada tahun 2009 menunjukkan bahwa diet terhadap makanan dan minuman yang mengandung gluten  dan  kasein berpengaruh besar terhadap autisme.

Penelitian Dr. Sri mengambil sampel 160 anak autis dari enam empat terapi di Semarang dan 120 anak autis dari lima tempat terapi di Solo. Dari hasil penelitiannya, Dr. Sri menganjurkan agar anak-anak penyandang autisme  menjalankan diet ketat dengan menghindari asupan mengandung kasein yang berasal dari susu, misalnya susu sapi, susu bubuk, susu skim, susu kambing, mentega, dan keju. 

Anak penyandang autis juga diminta menghindari pemberian segala macam asupan mengandung gluten yang berasal dari gandum, misalnya sereal. Kemudian dilakukan pemantauan setiap dua minggu sekali selama tiga bulan. Setelah melalui periode tiga bulan pemantauan, Dr. Sri menemukan perkembangan yang cukup baik pada anak penyandang autis, terutama perubahan perilaku ke arah positif. Gangguan perilaku interaksi sosial, antara lain rasa malu yang tidak wajar, tidak ada kontak mata, dan suka menyendiri mengalami penurunan yang signifikan.

Selain itu, gangguan komunikasi nonverbal yang lazim dialami anak penyandang autisme; seperti menggumam kata-kata yang tidak bermakna, perilaku hiperaktif dan berjalan secara tidak wajar, turut berkurang. Demikian pula gangguan emosi dan persepsi sensorik, misalnya suka menjilat dan tidak merasa sakit jika terluka.

Temuan Dr. Sri ini sesuai dengan penelitian para ahli di Amerika Serikat dan Eropa yang menemukan bahwa anak-anak penyandang autisme memiliki lubang-lubang kecil pada mukosa (lendir usus) sehingga mereka mengalami kesulitan mencerna kasein dan gluten, padahal kedua zat tersebut merupakan protein yang susah dicerna menjadi asam amino melainkan masih terdiri dari rangkaian beberapa asam amino peptida dan tidak bisa terserap tubuh karena ukurannya yang besar. 

Namun karena keadaan usus lebih bisa ditembus air, peptida sanggup menyelinap melalui lubang-lubang kecil pada mukosa, lalu terserap oleh usus dan dibawa aliran darah ke otak. Di otak, peptida ini bersatu dengan sel–sel receptor opioid (opioid= memiliki sifat opium) menjadi seperti morfin. Peptida yang berasal dari gluten akan menjadi gluteomorphin, sedangkan peptida yang berasal dari kasein akan menjadi caseomorphin. Kedua jenis peptida ini efeknya seperti morfin yang mempengaruhi perilaku seseorang, persepsi dan respons terhadap lingkungannya.  

Belum Tercerna Sempurna. Lubang-lubang pada mukosa (lendir usus) ini juga membuat anak penyandang autisme jadi alergi terhadap makanan. Makanan-makanan yang belum tercerna dengan sempurna akan menyelinap melewati  lubang-lubang tersebut. Di luar dinding usus, terdapat sel-sel pembuat antibodi. Oleh sel-sel antibodi yang terdapat di dinding usus,  makanan yang belum tercerna sempurna tadi dianggap sebagai zat asing dalam tubuh.  Misalnya, anak mengonsumsi coklat dan belum tercerna sempurna, maka coklat tersebut akan dianggap 'musuh' oleh sel-sel antibodi  sehingga akan terbentuk zat antibodi terhadap coklat. Akibatnya, tubuh anak penyandang autisme alergi coklat. Hal yang sama terjadi untuk bahan-bahan makanan lain.

sumber : www.ayahbunda.co.id

Ketrampilan dan Teknologi Informasi, Fokus Pendidikan Anak-anak Berkebutuhan Khusus

Pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus ditekankan pada penguasaan keterampilan-keterampilan dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. Upaya tersebut sebagai langkah untuk meningkatkan kompetensi anak-anak berkebutuhan khusus untuk bisa mandiri dengan mengembangkan potensi yang mereka miliki.



Namun, orientasi pembelajaran anak-anak berkebutuhan khusus untuk lebih menguasai keterampilan-keterampilan dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) itu hingga saat ini masih menghadapi kendala. Selain minimnya sarana dan prasarana workshop beragam keterampilan, persoalan yang cukup serius adalah kurangnya guru-guru yang mampu mengajarkan keterampilan-keterampilan yang dikembangkan dalam pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di seluruh Indonesia.

"Pendidikan kita itu di ujungnya atau hasil lulusannya belum memberikan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk hidup atau belum bisa membuat anak mandiri. Karena itu, fokus pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus sejak tahun 2006 mulai diarahkan untuk memperkuat kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan dalam hidup. Sekitar 39 jenis ketrampilan diajarkan dalam pendidikan khusus," kata Eko Djatmiko Sukarso, Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa Depdiknas di Jakarta, Jumat (11/12/2009).

Menururt Eko, pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus bukan hanya meliputi penyandang cacat yang mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah luar biasa. Pendidikan dengan cara yang khusus juga dibutuhkan untuk melayani anak-anak cerdas istimewa/berbakat istimewa, anak-anak tenaga kerja indonesia (TKI) di daerah perbatasan dan luar negeri, anak-anak jalanan, anak-anak di dalam lembaga tahanan masyarakat, anak-anak korban bencana alam, anak-anak yang menderita HIV/AIDS, anak-anak pelacur, anak-anak korban perdagangan orang, hingga anak-anak suku terasing.

"Bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus yang dilayani lewat pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus, perlu dilakukan terobosan-terobosan yang disesuaikan dengan kondisi mereka. Perlu fleksibel untuk melihat kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan kondisi mereka. Dengan penguasaan keterampilan dan TIK, anak-anak tersebut diharapkan bisa lebih mandiri," kata Eko.

Dalam peningkatan penguasaan TIK bagi anak-anak berkebutuhan khusus, kata Eko, pihaknya mendapat dukungan dari perusahaan-perusahaan TIK. Salah satunya IBM yang memiliki program memperkenalkan teknologi informasi sejak usia dini.

"Kita harus memberikan kesempatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk menguasai TI yang terus berkembang dan dibutuhkan dalam hidup. Bukan saja untuk memudahkan cara belajar, tapi juga untuk membuat anak-anak ini mampu berkompetisi dalam dunia kerja nanti. Perusahaan-perusahaan, seperti yang dilakukan IBM, mesti punya kebijakan untuk juga menerima karyawan berkebutuhan khusus," Suryo Suwignjo, Presiden Direktur IBM Indonesia.

Menurut Suryo, dalam pengenalan TI pada anak-anak berkebutuhan khusus, tantangan terbesar adalah menyiapkan para guru. "Kami bukan hanya menyediakan alat-alat TI. Tetapi juga melatih guru dan membutakan kurikulum supaya peralatan TI yang ada di sekolah benar-benar dimanfaatkan optimal," ujar Suryo.

Layanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang kompleks dan tersebar luas, menurut Eko,belum bisa maksimal. Masih banyak anak-anak usia sekolah yang belum terlayani. Puluhan ribu anak TKI di Malaysia dan juga Arab Saudi, sebagai contoh, belum mendapat layanan khusus. Belum lagi anak-anak suku terasing yang memiliki keyakinan budaya tersendiri dalam melayani pendidikan.


Sumber: http://edukasi.kompas.com - 11 Desember 2009

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More